Selasa, 05 Mei 2015

Azka dan Wayang


Berumur 2 bulan saat tak mau berhenti menangis, tiba-tiba mbah Kakung kondur dari sekolah. Diambillah Gatotkaca dan Janaka di dinding kemudian dimainkan di depannya. Tiba-tiba dia berhenti menangis, diam dan memperhatikan mbah Kakungnya. Tersenyum dan sesekali tergelak memandang kulit sapi tipis yang ditatah kasar. Saat pulang ke rumah, Gatotkaca ikut pula dibawa serta untuk buah tangan.

3 bulan setelahnya, mbah Lurah Sarlan (Kades Logandu) menghitankan putra beliau. Sebagai hiburan diadakan pertunjukan Wayang kulit oleh ki Siswadi Mudho Carito dari clapar. Digendong oleh ibunya bergantian dengan mbah gedhe (ibu istriku) dia mendekat ke pertunjukan wayang untuk pertama kali. Digendong dan melihat di samping penabuh gamelan, terlelap dan tertidur. Namun tak mau pulang, ketika sampai rumah dia kembali menangis, dibawa kembali ke panggung dia tersenyum lalu terlelap dalam gendongan.

Selang waktu berumur 8 bulan mulai belajar ngangkod (merayap) bibi Lely membawakan 2 wayang berukuran kecil Setyaki dan Baladewa. Bukan main senangnya dia memainkan wayang barunya. Mulai berlatih berjalan lancar sekitar berumur 15-16 bulan pak Wahyu Handoko (tetangga mbah) memberikan sebuah Setyaki berukuran wayang standar.

di Logandu dia punya teman yang masih Paman jauh yang terpaut 6 tahun juga suka wayang, di antarkanlah koleksi wayangnya untuk bermain bersama di rumah. Ada gatotkaca, Bomanarakasura, Narayana, Werkudara, dll.Sebuah Buta berukuran cukup besar juga didapatkannya dari pakde Sarwono.

Video wayang yang pertama dikenalnya yaitu pagelaran padat Anoman Duta oleh ki Prasetya Bayu Aji (putra ki Anom Suroto). Berulangkali dilihatnya, saat sudah selesai diminta di ulangi begitu siang dan malam. Lalu dia menyukai Gatotkaca kembar 5 oleh ki Kukuh Bayu Aji, Wahyu Kalimasada ki Mantep Sudarsono, dan akhir-akhir ini menyukai ki Enthus Susmono.

Entah sampai kapan dia akan menggemari warisan budaya dunia ini. Namun dia mengintepretasikan kesenangannya dengan bermain dan bermain wayang.


Minggu, 03 Mei 2015

Jalan-Jalan


Setiap pagi matahari muncul. Namun tidak semua orang mau menikmatinya. Setiap pagi jalan masih lengang tak semua orang mau melewatinya. Begitupun aku, tak setiap hari mau melewatkan pagi menikmati hangat mentari dan berlari di kesepian jalan. Baris-baris bayangan pohon berangsur memendek dan melindungi diri sendiri ketika pagi berlari digantikan siang. Sandaran semangat juga berangsur menghilang ketika keringat menembus pori-pori.

20 tahun yang lalu (dari hari ini) setiap pagi aku melintas jalan ini, hanya Bus Santoso, Aman, dan Merdeka sesekali Utama yang sering lewat di pagi itu. Berseragam putih merah dengan sesekali topi merah, bersemangat berlarian menuju teman-teman yang telah memenuhi pelataran sekolah. Masih ingat saat istirahat kedua berlomba dengan teman-teman untuk menghitung banyak mobil yang lewat, sambil menunggu saat masuk kembali karena tak ada lagi yang bisa dibeli.

Jalan yang sama masih mendampingi Sekolahku yang sekarang makin bertambah megah. Ada rasa bangga sekaligus terhanyut dalam nostalgia aku saat berjalan di depannya pagi ini. Jalan ini tak pernah terlambat menikmati hangat mentari, dan setia menunggu barisan manusia yang berjejal melewati. Inilah jalan di bagian hidupku yang telah membawaku hari ini. Ini adalah jalan yang membentukku. Jalan ini pulalah yang selalu mengingatkan akan kebanggaan sebuah perjuangan.

Jumat, 01 Mei 2015

Anim



Masa kecilku sangat akrab dengan menara ini 200 meter di belakang rumah. Bangunan (pas nggak sih?) ini menjulang di tengah sawah menantang langit. kabel-kabel yang tak lagi difungsikan panjang merangkai dari menara ke menara. Kami menyebut menara ini dengan sebutan Anim.

Dengan ketinggian lebih dari 20 meter kami bermain di bawahnya. Mulai dari membuat gubuk dengan jerami, mencari percil, menangkap belalang, sampai bungee jumping tanpa pengaman. Masa-masa setelah panen adalah waktu yang sangat tepat untuk bermain bungee jumping ala kami.  Tumpukan jerami sisa panen adalah tempat mendarat yang empuk. Kami bergantian melompat dari atas sambil bergaya dan tertawa-tawa penuh semangat. Berguling setelah terhempas di atas jerami sampai mengenai tanah liat dan belepotan air merupakan hal yang kami nikmati. Tak lupa kami berlari-lari kesetanan meninggalkan wilayah itu saat pemilik sawah dibawahnya mendekat dan menegur kami.

Tak banyak adik-adik kami sekarang yang bermain di bawahnya. Mungkin mereka telah sibuk dengan kegiatan sekolah dan tugasnya. Tak banyak lagi keriangan yang menemani Anim kini. Lebih sering dia sendiri menatap matahari terbit hingga terbenam, lalu berteman malam yang tak pasti ditemani bulan dan bintang.

Saat aku kecil pernah capai puncaknya untuk mengetahui seberapa jauh aku bisa memandang. Di selatan sebuah garis horison lurus yang menunjukkan 18km di selatan rumah adalah laut, di utara gugusan bukit hijau menghalangi pandangan untuk menembus pandang hingga rumahku saat ini. Di sebelah barat barisan gunung sewu yang merupakan bukit kapur berlatar belakang gunung slamet membungkus indah pandangan. Di timur hampir terlihat Kota Kebumen yang sayang terbentur jajaran pohon kelapa di sekitar Sruweng yang menghalangi batas mataku.

Aku selalu beranggapan bahwa Anim adalah interpretasiku untuk bisa melihat lebih tinggi dan menerawang lebih jauh. Meskipun sekarang tak lagi banyak anak yang bermain, dia selalu setia menunggu dan tersenyum bersama besi-besi yang mulai menua.

Minggu, 01 Maret 2015

Hijrah


8 bulan lalu aku masih menikmati kehidupan bersama ortu (@04/01) bersama berbagi dan bercerita.Eh ternyata tuhan berkehendak lain, sebuah peristiwa yang cukup unik membuat hidup kami berubah. 2 bulan setelah idul fitri kami memulai sesuatu hal yang tadinya aku rasa belum waktunya. Istriku dengan senyum cemberut memojokkan aku kedalam situasi yang ternyata aku syukuri hari ini.

28 Agustus 2014, cangkul-cangkul berderak bersama linggis dan semangat orang bekerja menggali tanah dengan kedalaman hampir setengah meter untuk memulai membuat pondasi. Dengan ukuran 10 x 8 meter aku meyakinkan diri untuk membangun sebuah syurga baru bagi keluargaku. (Meskipun saat itu aku terkadang belum yakin dengan apa yang aku mulai).

November belum genap berumur 20 hari hampir semua hal yang diperlukan telah siap (tentunya sesuai dengan anggaran yang ada). Meskipun hanya susunan bata merah dan potongan genteng kami bersyukur bisa mencapai tahap ini. 

Pada hari ke 24 bulan 11 2014, beberapa hari setelah rumah kami selesai, kami mendapat bonus yang wooww keluargaku bertambah 1 (thanks Allah 4 YOUR bless). Ternyata anak keduaku tak sabar menunggu hari yang diprediksikan bidan Sri Rejeki Wahyuningsih, 3 minggu lebih cepat untuk anak sulungku mendapatkan adik.

dan mulai Ahad, 1 Februari 2015 Kami  secara resmi hijrah pada tatanan yang akan kami rancang, laksanakan, dan nikmati. Kami berharap ini menjadi lebih baik dan lebih barokah..

(masih akan diedit )