Selasa, 09 November 2010

Teori Sumber Kejiwaan Agama

A.    TEORI SUMBER KEJIWAAN AGAMA
Berdasarkan hasil riset dan observasi para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa untuk kebutuhan dan keinginan manusia tidak hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum pakaian dan kebutuhan kenikmatan saja melainkan manusia membutuhkan yang bersifat universal. Artinya bahwa setiap manusia mulai dari ang paling primitif sampai yang modern mempunyai keinginan untuk mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau zat yang lebih tinggi.
Pernyataan yang muncul adalah : Apakah yang menjadi sumber pokok yang mendasar timbulnya keinginan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan ?
Untuk memberikan jawaban pernyataan itu telah muncul beberapa teori antara lain :
1.    Teori Monistik
    Teori monistik adalah sebuah teori yang berpendapat bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah satu sumber kejiwaan. Selanjutnya, sumber tunggal ini menjadi berbeda-beda dari berbagai pendapat para ahli di antaranya:
    •    Thomas Aquino berpendapat bahwa yang mempengaruhi kejiwaan agama seseorang adalah karena pikiran orang tersebut. Hal ini menjadikan rasio sebagai satu-satunya motif yang menjadi sumber agama.
    •    Fredick Schleimacher mempunyai pandangan bahwa jiwa keagamaan seseorang timbul karena adanya rasa ketergantungan yang mutlak (sense of depend) sehingga merasa dirinya lemah. Dari rasa ketergantungan ini maka timbul upacara-upacara yang bertujuan untuk meminta perlindungan kepada kekuasaan yang diyakini dapat melindungi mereka.
    •    Rudolf Otto berpendapat bahwa sumber kejiwaan agama yang paling esensial adalah rasa kagum seseorang terhadap sesuatu yang dianggap lain dari yang lain (the wholly other).
    •    Sigmund Freud berpendapat bahwa unsur yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah libido sexuil (naluri seksual) yang kemudian menimbulkan ide tentang ke-Tuhanan dan upacara keagamaan setelah melalui proses :
    a.    Oedipoes Complex, yakni mitos yunani kuno yang menceritakan karena cintanya kepada ibunya bersekongkol untuk membunuh ayahnya, namun setelah ayahnya terbunuh timbul rasa bersalah (sense of guilt) pada diri anak-anak itu.
    b.    Father Image (Citra Bapak)  Setelah mereka membunuh ayahnya dan dihantui rasa bersalah, timbullah rasa penyesalan. Perasaan itu menerbitkan sebuah ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan mereka. Lalu mereka memuja arwah ayah mereka karena takut arwah itu akan menuntut balas. Jadi menurut Freud agama muncul dari ilusi/khayalan manusia.
2.    Teori Fakulti
    Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak bergantung pada suatu sumber yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur di antaranya adalah fungsi cipta (reason), rasa (emotion), dan karsa (will). Demikian pula perbuatan manusia yang bersifat keagamaan dipengaruhi dan ditentukan oleh tiga fungsi tersebut. Penjelasan ketiga fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
    a.    Cipta (Reason): fungsi ini berperan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama beradasarkan pertimbangan intelek seseorang.
    b.    Rasa (Emotion): akan menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
    c.    Karsa (Will): menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.
    Teori ini memiliki beberapa tokoh penganut. Walaupun cara dan pemahaman mereka dalam menjabarkan berbeda-beda, namun mengerucut pada tiga hal tersebut di atas. Tokoh-tokoh penganut aliran ini antara lain:
    •    G. M. Straton
        Beliau mengemukakan teori “konflik” yang menyatakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia. Keadaan yang berlawanan seperti : baik-buruk, moral-immoral, pasif-aktif, rendah diri-harga diri, dan lain-lain ini akan menimbulkan pertentangan dalam diri manusia. Dikotomi (serba dua) termasuk akan menimbulkan rasa agama dalam diri manusia.
        Konflik yang terjadi akan membawa kemunduran (kerugian) tetapi juga ada yang membawa kemajuan. Jika suatu konflik sudah sangat mencekam dan mempengaruhi kejiwaannya, maka manusia itu akan mencari pertolongan kepada suatu kekuasaan tertingi (Tuhan).
        Selanjutnya G. M. Straton berpendapat, konflik yang positif tergantung atas adanya dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar (basic-urge), sebagai keadaan yang menyebabkan timbulnya konflik tersebut.
    •    Zakiah Daradjat
        Dr. Zakiah Daradjat berpendapat, bahwa dalam diri manusia terdapat kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, selain dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, manusia mempunyai kebutuhan akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan yang terdiri dari
        Kebutuhan akan rasa kasih sayang. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi maka akan timbul gejala psikomatis misalnya : hilang nafsu makan, pesimis, keras kepala, insomnia, dan lain-lain.
        Kebutuhan akan rasa aman/perlindungan. Akibat jika tidak terpenuhi rasa aman adalah munculnya perasaan curiga, was-was, perdukunan, pertapaan, dan lain-lain.
        Kebutuhan akan rasa harga diri/penghormatan. Bentuk rasa ingin dihormati ini akan muncul dengan rasa sombong, sok tahu, ngambek, dan lain-lain. Kehilangan harga diri akan berakibat tekanan batin seperti sakit jiwa, depresi, dan ilusi.
        Kebutuhan akan rasa bebas. Tercukupinya hal ini akan membuat manusia mampu bertindak secara nyaman dan lega. Ketakutan dan rendah diri akan muncul jika rasa bebas ini tidak dipenuhi.
        Kebutuhan akan rasa sukses. Hal ini akan menyebabkan manusia mendambakan rasa keinginan untuk dibina dalam bentuk penghargaan terhadap hasil karyanya. Jika kebutuhan ini didesak dan ditekan maka akan orang tersebut akan kehilangan harga dirinya.
        Kebutuhan untuk ingin tahu (mengenal). Kebutuhan ini akan menyebabkan manusia selalu meneliti dan menyelidiki sesuatu, yang bila tidak bisa dipenuhi akan menyebabkan tekanan batin.

Gabungan keenam kebutuhan inilah yang menurut Zakiah Daradjat akan menyebabkan seseorang memerlukan agama.
    •    W. H. Thomas
        Melalui toeri The Four Wishes W. H. Thomas mengungkapkan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan, agama adalah empat macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu:
        1)    Keinginan untuk keselamatan (security)
        2)    Keinginan untuk mendapat penghargaan (recognation)
        3)    Keinginan untuk ditanggapi (response)
        4)    Keinginan akan pengetahuan dan pengalaman baru (new experience)
        Didasarkan keempat keinginan di atas itulah pada umumnya, manusia menganut agama. Melalui ajaran agama yang teratur, maka keempat keinginan dasar tersebut akan tersalurkan.

B.    TIMBULNYA JIWA KEAGAMAAN PADA ANAK
    Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan demikian, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang baik, terlebih pada usia dini. Pengembangan potensi ini memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya yaitu:
    1.    Prinsip Biologis
        Secara fisik manusia lahir dalam keadaan lemah. Ia memerlukan bantuan orang lain (dewasa) di sekelilingnya karena tubuhnya belum tumbuh sempurna untuk difungsikan secara maksimal.
    2.    Prinsip tanpa daya
        Sejalan dengan belum sempurnanya pertumbuhan secara fisik dan psikisnya, maka anak yang baru lahir hingga dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Hal ini terjadi karena ia sama sekali tidak berdaya untuk mengurusi dirinya sendiri.
    3.    Prinsip Eksplorasi
        Prinsip ini akan melakukan pengembangan jasmani dan rohani dengan pemeliharaan dan latihan yang berkesinambungan sesuai dengan tingkat umur dan kemampuan anak tersebut.
    Kesemuanya  itu tidak dapat dipenuhi secara sekaligus melainkan melalui pentahapan. Demikian juga perkembangan agama pada diri anak. Hal ini akan menimbulkan pertanyaan dari manakah timbulnya agama pada diri anak itu?
    Dari pertanyaan tersebut muncullah teori-teori yang menyebutkan pertumbuhan agama pada anak, teori-teori tersebut antara lain:
    1.    Rasa Ketergantungan (Sense of Dependent)
        Teori ini dikemukakan oleh W. H Thomas melalui Four Wishes yang sudah dibahas pada bahasan sebelumnya. Berdasarkan keempat keinginan itu, maka sejak bayi dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Hal ini dialami melalui pengalaman-pengalaman yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.
    2.    Instink Keagamaan
        Teori ini dicetuskan salah satunya oleh Woodworth, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa insting termasuk di antaranya insting keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya insting belum sempurna. Misalnya insting sosial pada anak sebagai potensi bawaannya sebagai makhluk homo socius, baru akan berfungsi setelah anak dapat bergaul dan berkemampuan untuk berkomunikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar