Selasa, 25 Maret 2014

MTs Kepadangan Clapar (bagian 3)



Jarang sekali ada nama MTs yang menggunakan bahasa jawa salah satunya MTs Kepadangan kalau diartikan dalam bahasa arab disebut al munawarah atau pada bahasa Indonesia diartikan yang bercahaya. Hal ini seolah-olah menjadi sebuah pengingat bahwa MTs Kepadangan tidak boleh meninggalkan tradisi dan budaya yang mengakar di lingkungan sekitar. MTs harus bisa manjing, ajur, ajer dengan lingkungan sekitar, karena pendiri-pendiri yakin jika ingin maju maka harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di sekitarnya.

Selain itu Madrasah juga harus bisa menjadi pencerah bagi lingkungan dan orang-orang yang ada di dalamnya. Madrasah bukan hanya sebuah institusi menimba ilmu tapi lebih kepada pengajaran dan pelatihan sebagai bekal kehidupan bermasyarakat kelak. Di Madrasah hendaklah memperbanyak melatih kecerdasan emosional hal ini juga pernah disampaikan oleh kepala madrasah dalam sebuah rapat pleno di madrasah bahwa visi dan misi Madrasah adalah "generasi mandiri, berprestasi, dan berkepribadian Islami". Bahwa sesosok manusia bisa dikatakan mandiri jika bisa melayani diri sendiri sesuai dengan kemampuannya. Kemandirian akan mudah membentuk siswa yang berprestasi karena kemandirian akan selalu berusaha mengalahkan hambatan yang ada dengan kemampuannya. Nilai-nilai Islami juga jelas menjadi visi yang tidak boleh tergoyahkan karena menjadi bekal kehidupan dan kematian. Dengan nilai-nilai islami siswa akan memiliki kepribadian dan perilaku yang akan memudahkan dirinya hidup dimanapun.

Penghormatan kepada sejarah dilakukan oleh pendiri MTs Kepadangan Clapar yang menggunakan nama Kepadangan di Madrasah. Berprinsip bahwa dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung juga mengingatkan bahwa kita adalah milik umat bukan milik personal, setiap keluarga berperan serta menjunjung tinggi dan mengembangkan Madrasah kita ini.


Bapak Drs. Daryono selaku kepala Mardrasah MTs Kepadangan Clapar berpesan bahwa seluruh guru, siswa, orang tua, komite, dan alumni adalah sebuah keluarga besar yang senantiasa membutuhkan satu sama lain. Tidak akan ada kekuatan dan perkembangan jika salah satu tidak pro aktif memajukan sekolah. Beliau menambahkan bahwa setiap keluarga harus ada yang kokoh dan keras untuk dijadikan pondasi, ada yang rela dipanaskan menjadi genteng, ada yang bersiap menjadi tembok, dan ada yang menyatukan menjadi semen dan air. Semua hal dibutuhkan dan tak tergantikan, agar ketika dipoles menggunakan cat bisa terlihat indah dan menyenangkan.


Ketika Bapak Kiai Nursalim, S.Pd.I menerima estafet kepemimpinan beliau menekankan bahwa keikhlasan menjadi modal pokok setiap elemen madrasah untuk berkembang. Beliau meyakini bahwa tak ada yang sanggup mengganti dan menilai keikhlasan semua keluarga madrasah kecuali dari Allah yang akan memberikan penilaian dan hadiah yang tak akan pernah disangka-sangka. Beliau menggambarkan keikhlasan adalah salah satu bentuk ketaqwaan dan ketaqwaan akan senantiasa dijamin oleh Allah dengan rizqi yang tidak disangka-sangka. Dikatakan pula oleh pria kelahiran 28 Agustus 1961 ini bahwa ada hal yang harus senantiasa kita perbaiki adalah iman, islam dan ihsan. Perbaikan akan hal tersebut akan membawa semangat jihad dan perjuangan yang tidak akan pernah putus.

(diambil dari rangkuman rapat di madrasah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar