Selasa, 08 April 2014

Logandu Menjelang Pemilu 2014

 Menjelang pemilu legislatif 9 April 2014, para pengaman TPS sudah mulai berjaga di balai desa Logandu. Untuk mengisi waktu luang mereka melakukan berbagai macam kegiatan membunuh sepi. 4 orang duduk berkeliling tertawa-tawa sambil sesekali menggumam terlihat serius. Bermain bersama sambil menghisap asap dari rokok yang dibuat sendiri dari tembakau rajangan tangan sendiri.

Pesta demokrasi 5 tahunan yang merupakan hajat nasional sangat menguras sumber daya yang ada. atau lebih tepatnya memaksimalkan semua potensi yang tersedia di lingkungan desa. Persiapan dimulai dari pembuatan daftar pemilih sementara melalui pantarlih yang diverifikasi PPS desa Logandu, lalu diserahkan ke PPK Kecamatan Karanggayam. Dengan 10 buah TPS di desa Logandu berarti ada 90 orang yang harus dimanfaatkan tenaganya waktu hari pencoblosan. 7 KPPS dan 2 Hansip di setiap TPS. ditambah 6 orang PPS berarti 96 orang terbaik di desa Logandu dikerhakan tenaga, pikiran, dan kesediaannya sebagai panitia pemungutan suara di Logandu.

Hampir di setiap rumah masyarakat berdiskusi dan membanggakan calon legislatif yang didukungnya. Apalagi jika ada yang tetangga, keluarga, teman, maupun kolega yang mencalonkan diri. Hampir  setiap orang berlomba-lomba mencari dukungan di kalangan mereka dengan cara masing-masing.Di setiap warung-warung dan pusat keramaian juga tak lepas membahas untung rugi memilih kandidat usungan partai A B C D. Ada yang mendukung karena kedekatan emosi, mendukung karena faktor rikuh, ada yang karena hormat, dan yang lebih parah mendukung karena UANG. 

Jika dilihat bahwa terjadi pergeseran idiologi jika semula Partai sentris maka sekarang bisa dikatakan figur yang menjadi patokan. namun hanya saja figur-figur tersebut yang terlihat didukung adalah figur-figur yang memiliki modal dengan budget yang cukup besar. Jadi konstituen terlihat mendukung figur yang berani memberika gelontoran bantuan fisik baik untuk individu maupun untuk kelompok. Mereka menganggap bahwa ini adalah saat yang terbaik untuk mendapatkan bantuan, masyarakat berpikir bahwa TIDAK MUNGKIN MEREKA MENDAPAT BANTUAN SEMUDAH SAAT CALEG BELUM MENJABAT. Jadi tak ada kepercayaan dari masyarakat bahwa para caleg yang menjabat akan menepati janji mereka saat meminta dukungan di kalangan konstituen.

Jalinan antara masyarakat dan anggota dewan menjadi hubungan yang tidak lagi berlandaskan kepercayaan namun hubungan penuh kecurigaan, padahal jika sebuah hubungan sudah tak lagi berdasar kepada kepercayaan maka sudah saatnya semua berdiri pada lapisan es yang tipis dan rapuh, tak perlu menunggu lama untuk terperosok dan tenggelam bersama-sama.

Dan jika rakyat dan dewan yang mengawasi pemerintah sudah tak saling percaya, lebih baik melagukan lagu Armada " Mau dibawa kemana negara kita??"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar