Jumat, 18 April 2014

Sebuah Cerita dari Logandu



Kupikirkan maka kudapatkan

Sebuah keinginan yang kuat adalah awal dari pencapaian kita hari ini. Kita berpikir dan bertindak secara tidak sadar akan terprogram dan berorientasi pada keinginan tersebut. Keinginan itu akan berusaha mendekatkan usaha kita menuju keinginan yang tertanam di alam bawah sadar.

Saya rasa semua pasti sudah pernah mengalami hal tersebut, hanya saja tidak semua sadar dan tahu akan keinginan dan tindakannya itu. Ada sebuah kisah dari sebuah keinginan masa kecil (meskipun sederhana dan bagi sebagian orang hal ini sepele) yang menjadi kenyataan.

Aku punya seorang paman, dia sangat menyukai pertunjukan wayang kulit. Masa kecilnya dia sering melihat pertunjukan wayang di desa maupun sekitar desanya. Wayang tak bisa dilepaskan dari kesehariaannya, rumput dan dedaunanpun menjadi karakter wayang yang cukup menarik dan menyenangkan. Meskipun dengan kehidupan yang sederhana dia berkeinginan menjadi dalang wayang kulit.

Karena hobi itu pulalah dia sangat senang membaca segala sesuatu yang berkaitan dengan wayang kulit. Pada masa kecilnya (sekitar tahun 80-an), majalah dan surat kabar yang memuat tentang wayang kulit sangat sedikit, maka segala tulisan yang ada dan memuat wayang akan dicarinya meskipun hanya potongan koran bekas. Hingga suatu saat dia menemukan sebuah majalah krucil (majalah dengan ukuran booklet/separuh buku tulis biasa) yang memuat tentang seorang anak dari Karangsambung yang mahir membuat wayang. Anak kecil itu mendapat pujian dari dalang ki Manteb Sudarsono atas karyanya. Karena kedekatan geografis pamanku sangat ingin mengenal anak itu lebih dekat. Meskipun pada masanya banyak anak yang bersekolah di Karangsambung dia tidak mendapat kesempatan yang sama. Dia hanya memendam keinginan untuk mengenal anak tersebut.

Menjelang dewasa dia ngenger atau mengabdi kepada salah satu dalang yang cukup terkenal di daerah Cilacap dan sekitarnya yang bernama panggung Ki Sikin Hadi Warsono. Disana pamanku tidak hanya berlatih wayang namun juga sebagai pembantu yang menyiapkan keperluan ki dalang. Baik keperluan panggung maupun keperluan sehari-hari keluarga ki dalang. Bagi pamanku, memiliki kesempatan berlatih wayang dan seluk beluk serta penyiapan di belakang panggung adalah sebuah anugerah yang luar biasa, meskipun harus ditebus dengan sebuah pengabdian.

Karena sebuah tuntutan pamanku tidak melanjutkan pengabdian di tempat ki Sikin Hadi Warsono, kemudian beliau merantau di tanah pasundan. Pamanku menuliskan episode kehidupannya di ibukota parahyangan, kota paris van java, Bandung. Di sana beliau memulai usaha dengan ikut berjualan bakso pada tetangga satu desa. Setiap hari beliau berjalan berkeliling mendorong gerobak bakso dari rumah ke rumah. Setiap pagi jauh dari saat menjelang subuh harus bangun lalu ke pasar menyiapkan bahan untuk berjualan hari itu. Hari-harinya yang penuh kesibukan tak melunturkan kecintaannya pada wayang kulit. Ketika ada pagelaran wayang kulit, dia menyempatkan diri berlibur untuk menyaksikannya.

Ketika pamanku menikah dia memutuskan untuk pentas pentas di hadapan orang-orang desanya. Pentas itu yang pertama kali di khalayak ramai. Pamanku dengan kemampuan yang dimilikinya berusaha menampilkan yang terbaik. Satu keinginan kuat yang menjadi kenyataan. Semua orang menyemangati dia dan memberikan ucapan selamat atas kenekatannya menggelar pertunjukan wayang hari itu. Meskipun sampai saat ini belum pernah pentas kembali, namun dia membuktikan keterbatasan bisa ditebus dengan kerja keras.

Rupanya takdir yang berkaitan dengan kecintaannya pada wayang kulit belum berhenti sampai di situ. Suatu saat ketika ada pertunjukan wayang kulit ki Manteb Sudarsono di Bandung beliau menyempatkan hadir di gedung RRI Bandung untuk melihat. Di sana ki Manteb menemui seseorang yang membawa sebuah wayang karakter Buta (raksasa). Ketika ki Manteb menyebut nama pembuat wayang itu, pamanku terkejut dan segera menghampiri pembuat wayang itu. Mereka berdua berkenalan ternyata pembuat wayang itu adalah anak Karangsambung yang pernah dibacanya di Majalah krucil waktu dia masih kecil. Akhirnya dia akrab dengan anak yang dikenalnya hanya dari majalah.

Dua hal itu, membuktikan bahwa sebuah keinginan kuat sangat mempengaruhi apa yang akan kita dapatkan. Kita bisa meraih berbagai macam hal yang mungkin hanya kita bayangkan dan atau kita bayangkan tidak mungkin.

Seperti juga cerita ini Cita-citaku tukang traktor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar